About

"Aku adalah orang yang harus berhadapan dengan waktu dan janji"

Senin, 19 Maret 2012

Grup Banjariku

As-Syukriah
A. Sejarah
    Merupakan unit kegiatan santri jenis seni banjari. Grup ini berdiri pada tahun 2009. Saat itu aku masih kelas 9.Yang menggandrungi adalah santriwati Al-Amin Putri, masing-masing 5 dari kelas 9(Alif, Tyas, Asmaul, Rina, Izah),4 dari kelas 11(Lathifah, Ummah, Nurul, Shofi), dan 1 dari kelas 8(Lala). Sebenarnya ga' ada niat tuk mendirikan grup banjari Al-Amin Putri hanya saja ada usulan daripada samroh mending banjari aja lebih sopan. Kebetulan waktu itu juga menjelang Haflah Tahtimidduruus ke-4, jadi ya sekalian persiapan buat tampil.
    Alhamdulillah guru yang didatangkan oleh pihak lembaga sangat profesianal dan sudah termasuk kancah nasional. Beliau H. Muhtarom dari Gayaman-Bangsal-Mojokerto. Keseharian beliau penuh untuk mengajar banjari dan qiro'ah di berbagai daerah di Jawa Timur. Kesan awal beliau sangat senang mengajar di Al-Amin Putri karena anaknya gampang nyanthol terus sudah tau irama dasar banjari, so ya ga' terlalu sulit lah untuk diajar.
    Nama As-Syukriah ini atas usulan ustadz Hanafi, pakar Nahwu di Ponpes Al-Amin. Sebenarnya beliau mengusulkan 2 nama yaitu As-Syukriah (yang bersyukur) dan Ats-Tsuroyyah (nama bintang). Namun Abah Tarom (panggilan H. Muhtarom) memilih As-Syukriah. Dengan maksud kami personil AS selalu bersyukur atas apa yang didapatkan baik susah maupun senang, dapat juara atau tidak, atau dapat bisyaroh atau tidak, maupun dapat berkat atau tidak, kami tetap bersyukur.
    Seiring bertambahnya tahun, kenaikan kelas pun menjadi beban tersendiri bagi para personil AS. Kami yang terdiri dari berbagai kelas harus menerima kakak-kakak kelas 11 yang naik ke kelas 12 meninggalkan grupnya perlahan demi kelancaaran UNAS. Proses pencarian bakat pun mau tidak mau ya dilakukan. Betapa sulitnya melatih tangan seorang cewek memukul terbang dan mencengkokkan suara calon vokal. Memang banyak sekali peminat tapi yang masuk seleksi tidaklah orang sembarangan.
    Dari peminat terbaik yang masuk seleksi minat dan bakat, terpilih santri kelas 8 yang naik ke kelas 9 dan juga akan menghadapi ujian nasional. Sulitnya minta ampun mengatur jadwal latihan. Bahkan suatu ketika di undang dadakan oleh Bapak Bupati Mojokerto dalam acara Maulid Nabi di Pendopo Kabupaten, bertepatan kelas 9 dan 12 try out. Akhirnya grup ini hanya tampil dengan 5 personil saja ditambah 3 adek kelas yang pernah ikut seleksi. Alhasil sangat tidak memuaskan bagi yang mengusulkan mengundang banjari kami yaitu DR.H.Ahmad Jazuli SH.MSi yang dan berpikir selama ini grup AS sudah profesional dalam performanya.
    Awal pergantian personil sungguh sangat menguras pikiran. Sering kali cekcok terjadi saat latihan. Emosi pun tak terhindarkan. Pembagian tugas juga sudah di terapkan, tapi memang dasar anak-anaknya saja yang sebenarnya tidak terpaut untuk memajukan banjari. Dalam benak mereka mungkin terbesit keinginan sering keluar undangan, bertemu teman-teman banjarian, dapet berkat, makan-makan, dapet uang dech.....Terlalu dengkal jika mereka memang berpikir seperti itu.
    Setelah grup ini diresmikan, latihan dengan abah Tarom pun dimulai. Respon awal untuk rintisan personil baru kurang memuaskan. Beliau malah bertanya-tanya tentang mbak-mbak yang kala itu sedang les peersiapan UNAS. Adek-adek pun tak dihiraukan seakan-akan mereka itu roh-roh halus yang kasat mata. Abah juga kelihatan malas mengajar.
    Waktu demi waktu, latihan demi latihan terus berjalan. Keputus asaan hampir sering menghantui. Bahkan nasib malang dan perdebatan harus dicincipi. Memang setelah ikut festival nasional di asrama haji Sukolilo dulu grup ini seperti terpuruk dengan kegagalan waktu itu. Penampilan baik hanya tampil biasa maupun festival semua gagal total. Mulai dari festival di Smansasoo oleh IPPNU Mojokerto, festival di UNESA, sampai gebyar sholawat di acara khitanan abah Tarom sendiri gagal.
    Puncak keputusasaan itu adalah pencarian nama pengganti As-Syukriah. Kami menyangka kejadian ini ada hubungannya dengan nama. Mungkin nama As-Syukriah terlalu berat artinya bagi kami. Artinya saja "bersyukur" sedangkan kami kurang bisa bahkan mungkin tak bisa bersyukur. Seringkali kami resah akan nasib yang menimpa serta selalu menyalahkan keadaan.
    Kami mengambil kesimpulan melihat pengalaman banjari anak putra yang asal namanya Al-Mumtaz (yang istimewa) dan masih bagusan anak AS banjarinya bahkan jauh.Namun setelah berganti Hubbul Amin, perkembangannya sangat pesat. Dapet undangan dan juara di mana-mana. Bahkan abah Tarom sendiri yang dulunya lebih memihak anak AS berpaling kepada HA yang jelas-jelas jauh lebih bagus daripada AS.
    Kami pun merasa tak ada pihak yang mendukung banjari putri. Mulai dari teman-teman yang pasang wajah datar, pembina yang tak peduli nasib kami, bahkan cemoohan pihak-pihak yang memang kurang mendukung keberadaan grup banjari ini. Hari demi hari kami lewati dengan memikul beban yang memeras pikiran dan perasaan. Banjari senior masih amburadul sudah dituntut punya junior
untuk persiapan. Pelajaran pun terbengkalai dengan keadaan seperti itu, bagi orang-orang yang perhatian dan bertanggungjawab saja yang merasa seperti itu. Sedang yang lainnya tidak merasakan apa-apa.
    Dasar orang-orang acuh tak acuh. Itulah yang ingin kukatakan pada mereka yang tak peduli perkembangan banjari Al-Amin Putri. Diajak latihan bilangnya nggak ada gairah, terpuruk keadaan. Diajak review lagu-lagu lama bilangnya bosen nggak suka dengan lagu itu. Air mata ini sebenarnya udah tak tahan bersembunyi di kelopak mata. Tapi apa boleh buat? AS-SYUKRIAH GALAU...........
    Tanpa kami sadari, perkembangan banjari baru-baru ini agak pesat. Orang-orang mulai kenal dan tidak asing mendengar nama As-Syukriah. Kami pun bisa menghela napas yang panjang. Mulai dari Abah Tarom dan teman-temannya, beberapa grup lain juga mengatakan AS udah tambah bagus. Pemukulnya seperti putra meskipun mereka putri. Malah Abah sering sekali memuji pemukulnya.
    Meski dalam hati memang ikut senang dengan tersanjungnya pemukul kami, tapi secara pribadi aku bertanya-tanya, kenapa abah tak pernah mengoreksi vokalnya? Sudah bagus atau sangat jelek sampai abah tak pernah angkat bicara soal vokal? Bahkan abah tak pernah memberi variasi suara yang lengkap. Aku sebagai vokal, jujur cemburu dengan perbincangan abah. Memberanikan diri meminta evaluasi pada beliau.
    Akhirnya terungkap juga apa yang disembunyikan abah selama ini. Kenapa beliau tak mengatakannya sejak dulu? Setelah kami merasa meningkat, kekurangan kami diungkit. Karena aku vokal, aku hanya mendengarkan kritikan beliau tentang vokal dan backing vokal
AS aja. Beliau berkata: " Sepuntene nggeh.....jujur kulo ngroso dari pertama dulu vokale memang kurang memenuhi standart. Seandainya tingkat Jatim ngoten tasek kurang sampean niki. Mba' Tyas niku suarane kurang renyah koyo' kebuntel. Mba' Alif niku tinggi tapi tinggine niku kuecil mboten tinggi power". Beliau membandingkan vokal AS dengan mba' Dwi-MQ yang memang suaranya itu tertinggi se jatim Insyaallah.
Dia udah terkenal jauh sebelum ada AS. Dia juga muridnya abah Tarom. "Dwi niku tuinggi nggeh suarane, power pisan", ujar beliau. Meski kami pasang wajah cerah tapi hati ini redup bahkan gelap mendengar itu. Bahkan beliau berkata jika Al-Amin Putri ini bukan punya lembaga khusus, beliau akan mencarikan 5 vokal sekaligus yang bagus-bagus joss-joss.
    Menurut pemahamanku pribadi perkataan abah ini menunjukkan memang vokal AS ini tidak berkualitas sama sekali. Beliau memang sudah percaya pemukul AS. Malah menganggap grup AS ini senior, mungkin juga karena pemukulnya yang memang sudah profesional. Setelah latihan masalah pun datang kembali. Beberapa vokal AS patah semangat habis mendengar kejujuran sang abah banjari. Nyanyi ini itu bilangnya bosen lah, lagunya terlalu nglembrek lah, tak tau apalah yang menyebabkan mereka bersikap seperti itu.
    Beban pikiran pun datang lagi. Bagaimana cara membuat vokal dan backingnya ini stabil, karena aku paham memang suara kami biasa-biasa aja ga' da yang spesial. Ya senk penting bareng, kompak, ga' lari sendiri-sendiri nyanyinya. Harapan terbesar AS adalah bisa membawa nama baik Al-Amin dalam bidang seni Banjari. Terus dan terus mencari pengalaman sebagai bekal kesuksesan dimasa mendatang. Tapi kami kelas 11 khususnya ingin sekali mendapatkan juara bidang banjari murni sebelum kami keluar dari Al-Amin. Sebagai balas budi atas pengorbanan materi, waktu, serta tenaga para asatidz yang merawatnya. Dan semoga harapan ini terwujud.
AMIIN..............................................................:)

B. Prestasi
    1. Juara Harapan I Festival Tiban tahun 2010
    2. Runner Up I Festival Sholawat PCNU se-kab Mojokerto tahun 2010
    3. Juara 3 Lomba Takbir Adha se-Kab Mojokerto tahun 2011
    4. Juara Harapan I Festival Tiban tahun 2012

c. Daftar Festival yang pernah diikuti
    1. Festival Tiban tahun 2010 (sholatun bis salam & Ilal Habib)
    2. Festival Sholawat di PCNU tahun 2010 (Sholawat Badr & Ya 'Alim)
    3. Festival Banjari di Asrama Haji Sukolilo Surabaya tahun 2011 (Mundu'an & Shil Yaa Nabi)
    4. Festival Banjari UKKI UNESA tahun 2011 ( Ya Badrotim & Ya Imamarrus)
    5. Festival Banjari di SMANSASOO oleh IPPNU Mojokerto tahun 2011( Ya Nabi Salam & Mundu'an)
    6. Lomba Gema Takbir Adha Mojokerto tahun 2011
    7. Festival Banjari di UM USBU'UL 'ARABI tingkat SMA sederajat tahun 2011 (Ilahunar rahman)
    8. Festival Banjari Tiban tahun 2012 (Bidzikri & Kuntu'an)
    9. Festival Banjari STAI-BU Tambak Beras tahun 2012 ( Sholawat Badr & Anal Faqir)
    10.Festival Banjari Gayaman tahun 2012 ( Antal Hana & Kuntu'an)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More